Daftar Isi
Kata Pengantar
………………………………………………………………….
ii
Latar Belakang
………………………………………………………………….
iii
Daftar Isi
…………………………………………………………………………
iv
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
…………….
v
A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia 1
B. Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia
………………………….
4
C. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam ………
5
Kesimpulan
………………………………………………………………………
9
Daftar Pustaka
…………………………………………………………………..
10
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN
ISLAM
SERTA WUJUD AKULTURASINYA DI INDONESIA
A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Kedatangan Islam di Indonesia, tidak dapat diketahui dengan pasti.
Diperkirakan kedatangan yang pertama adalah di Aeh. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya makam-makam. Menurut Ma Huan yang datang ke Majapahit tahun 1413,
bahwa ada 3 golongan penduduk Majapahit yaitu orang-orang Islam yang datang
dari Barat, orang-orang Cina yang kebanyakan memeluk Islam dan selebihnya
rakyat yang menyembah berhala.
Banyak pendapat para ahli yang mengemukakan tentang teori-teori masuknya
Islam di Indonesia, diantaranya adalah :
1. M.C. Ricklefs dari Australian National University menyebutkan 2 proses
masuknya Islam ke nusantara yaitu :
a. Penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian
menganutnya.
b. Orang-orang asing (Arab, India, Cina) yang telah memeluk agama Islam
tinggal secara tetap di suatu wilayah Indonesia, kawin dengan penduduk asli,
dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi
orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya.
2. Teori lain seputar masuknya Islam dari Timur Tengah ke nusantara
diajukan Supartono Widyosiswoyo. Menurutnya, penetrasi tersebut dapat
digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
a. Jalur Utara adalah proses masuknya Islam dari Persia dan Mesopotamia. Dari sana, Islam beranjak ke timur lewat jalur darat Afganistan, Pakistan, Gujarat, lalu menempuh jalur laut menuju Indonesia. Lewat Jalur Utara ini, Islam tampil dalam bentuk barunya yaitu aliran Tasawuf. Dalam aliran ini, Islam dikombinasikan dengan penguatan pengalaman personal dalam pendekatan diri terhadap Tuhan. Aliran inilah yang secara cepat masuk dan melakukan penetrasi penganut baru Islam di nusantara. Aceh merupakah salah satu basis persebaran Islam pada Jalur Utara ini.
b. Jalur Tengah adalah proses masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai Yordan dan bagian timur semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari sini Islam menyebar dalam bentuknya yang relatif asli, di antaranya adalah aliran Wahabi. Pengaruh terutama cukup mengena di wilayah Sumatera Barat. Ini dapat terjadi oleh sebab dari Hadramaut perjalanan laut dapat langsung sampai ke pantai barat pulau Sumatera.
c. Jalur Selatan pangkalnya adalah di wilayah Mesir. Saat itu Kairo merupakan pusat penyiaran agama Islam yang modern dan Indonesia memperoleh pengaruh tertama dalam organisasi keagamaan yang disebut Muhammadiyah. Kegiatan lewat jalur ini terutama pendidikan, dakwah, dan penentangan bid’ah.
a. Jalur Utara adalah proses masuknya Islam dari Persia dan Mesopotamia. Dari sana, Islam beranjak ke timur lewat jalur darat Afganistan, Pakistan, Gujarat, lalu menempuh jalur laut menuju Indonesia. Lewat Jalur Utara ini, Islam tampil dalam bentuk barunya yaitu aliran Tasawuf. Dalam aliran ini, Islam dikombinasikan dengan penguatan pengalaman personal dalam pendekatan diri terhadap Tuhan. Aliran inilah yang secara cepat masuk dan melakukan penetrasi penganut baru Islam di nusantara. Aceh merupakah salah satu basis persebaran Islam pada Jalur Utara ini.
b. Jalur Tengah adalah proses masuknya Islam dari bagian barat lembah Sungai Yordan dan bagian timur semenanjung Arabia (Hadramaut). Dari sini Islam menyebar dalam bentuknya yang relatif asli, di antaranya adalah aliran Wahabi. Pengaruh terutama cukup mengena di wilayah Sumatera Barat. Ini dapat terjadi oleh sebab dari Hadramaut perjalanan laut dapat langsung sampai ke pantai barat pulau Sumatera.
c. Jalur Selatan pangkalnya adalah di wilayah Mesir. Saat itu Kairo merupakan pusat penyiaran agama Islam yang modern dan Indonesia memperoleh pengaruh tertama dalam organisasi keagamaan yang disebut Muhammadiyah. Kegiatan lewat jalur ini terutama pendidikan, dakwah, dan penentangan bid’ah.
3. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad
Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3
teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut
di atas memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke
Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke
Nusantara.
a. Teori Gujarat
Teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Hal ini juga bersumber dari
keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak (
Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk
yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran
Islam.
b. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori
lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Para ahli
yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan
politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke
7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab
sendiri.
c. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia
dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti peringatan 10 Muharram atau
Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di
junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Selain itu, ditemukannya makam Maulana
Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad
ke-13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab,
bangsa Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan berkembangnya Islam ke
Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan melalui beberapa jalur/saluran yaitu
melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan
Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia.
Pada kesempatan itu dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya
diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan
perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan
adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang
sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam
semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren. Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui
pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit. Dengan demikian Islam semakin
cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas
dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati.
Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali
yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan
Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah
Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum
Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah
Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit
Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam
di daerah Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan
ajaran Islam di daerah Demak.
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid
menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di
Jawa Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa
sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat
dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang
dikasihi Allah.
B. Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia:
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al- Saleh,
sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Kerajaan ini masih ada
sampai abad ke-15. Pusat kerajaaan Samudera Pasai kemudian dipindah ke Pase.
2. Kerajaan Demak
Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya
yaitu Raden Patah. Demak dengan cepat mencapai kejayaannya,
terutama setelah Malaka jatuh ke Portugis. Putranya yang bernama Pati Unus yang
bergelar Pangeran Sabrang Lor sangat berjasa membantu ayahnya meluaskan dan
memperkuat kedudukan kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam. Raden Patah wafat
tahun 1518 dan diganti oleh Pati Unus.
3. Kerajaan Banten
Daerah ujung barat pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat direbut
oleh Demak, di bawah pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di
bawah kekuasaan Demak. Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah maka daerah
Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Hasannudin,
sedangkan Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal
keagamaan. Dengan diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin
meletakkan dasar-dasar pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya
sebagai raja pertama, yang memerintah tahun 1552 – 1570.
4. Kerajaan Mataram
Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang
dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran
Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas
jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang
munculnya kerajaan Pajang. Kerajaan Mataram mengalami kejayaan pada masa
pemerintahan Raden Rangsang (1613-1645) yang terkenal dengan nama Sultan Agung.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645.
5. Kerajaan Gowa – Tallo
Islam masuk ke kerajaan Gowa-Tallo pada tahun 1605. Dengan raja pertama
Kerajaan Tallo adalah Karaeng Mattoaya yang bergelar Sultan Abdullah. Raja Gowa
yaitu Daeng Manrabia bergelar Sultan Alaudin.
6. Kerajaan Ternate – Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Keadaan Maluku
yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, maka daerah Maluku terkenal sebagai
penghasil rempah seperti cengkeh dan pala.
7. Kerajaan Aceh
Masa kerajaan Aceh dicapai dalam masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1607-1636). Ia kemudian digantikan oleh menantunya, Iskandar Tani. Namun
ketika Iskandar Tani wafat tahun 1641, kekuasaan Aceh menjadi menurun. Hal ini
terjadi karena perselisihan di kalangan sendiri dan juga karena Belanda
berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis tahun 1941.
8. Kerajaan Malaka
Malaka sebelumnya adalah kota kecil. Namun di bawah pemerintahan Sultan
Mudzafar Syah (1445-1458) Malaka menjadi pusat perdagangan antara timur dan
barat. Malaka mencapai puncak kebesarannya di bawah Sultan Mansyur Syah (1458-1477)
dan dilanjutkan oleh Sultan Alaudin Syah (1477-1488). Malaka mengalami
kemunduran ketika pemerintah Sultan Mahmud Syah (1488-1511). Kejayaan
Malaka berakhir ketika orang-orang Portugis berhasil mengalahkan Malaka pada
tahun1511.
C. Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak
kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam,
Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih)
kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang
melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang.
Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya
bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat
Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid,
makam, istana.
Gambar 1.1. Masjid Aceh merupakan salah
satu masjid kuno di Indonesia.
Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid
biasanya menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat.
Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai cirri khas tersendiri,
diantaranya :
- Atapnya
berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu
selalu ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
- Tidak
adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid
Banten dan masjid Kudus.
- Biasanya
masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya
didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan
bersatunya rakyat dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun,
masjid juga dibangun di tempat-tempat keramat, yaitu makam wali, raja atau
ahli agama.
Bentuk perkembangannya sesuai dengan perkembangan zaman. Sekarang
kebanyakan masjid atasnya berbentuk kubah dan ada menara, ini merupakan
pengaruh dari Timur tengah dan India.
Gambar 1.2
Makam Sendang Duwur (Tuban)
Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau
Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.
c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan
cungkup atau kubba.
d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam
dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang
berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar
(tidak beratap dan tidak berpintu).
e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan
biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid
makam Sendang Duwur seperti yang tampak pada gambar 1.2. tersebut.
2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir
relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun
terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat
keserasian, misalnya ragam hias pada gambar 1.3. ditengah ragam hias suluran
terdapat bentuk kera yang distilir.
gambar 1.3. Kera yang disamarkan
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang
aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan
berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul
yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak
menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu
juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan
sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah
seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan
sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari
tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab
Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang
pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau
tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh
hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat
Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai
peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk
Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena
berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari
baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau
Jawa.
Kedatangan Islam ke Indonesia membawa pengaruh cukup besar bagi kebudayaan
Indonesia. Tetapi bukan berarti menghapus semua yang ada sebelumnya. Misalnya,
kesenian wayang yang telah ada sebelum kedatangan Islam. Bahkan wayang ini
digunakan para wali untuk menyebarkan agama Islam.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang
pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk,
maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan
digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti
Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan
seperti
halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan
dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
5. Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah
mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender
Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan
kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan
kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah)
seperti tahun Hijriah (Islam).
Nama-nama bulan yang digunakan adalah 12, sama dengan penanggalan Hijriyah
(versi Islam). Demikian pula, nama-nama bulan mengacu pada bahasa bulan Arab
yaitu Sura (Muharram), Sapar (Safar), Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud
(Rabi’ul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal), Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb
(Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah),
dan Besar (Dzulhijjah). Namun, penanggalan hariannya tetap mengikuti
penanggalan Saka karena penanggalan harian Saka saat itu paling banyak
digunakan penduduk Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555
Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
Gambar 1.4. Kalender Jawa
Kesimpulan
Banyak teori yang menyatakan tentang masuknya Agama Islam ke Indonesia,
teori-teori tersebut dibuat berdasarkan masing-masing bukti tentang awal mula
masuknya islam ke Indonesia.
Masuknya Islam berpengaruh besar pada kebudayaan yang ada di Indonesia.
Sebelumnya, kebudayaan di Indonesia adalah kebudayaan yang bercorak
Hindu-Budha. Namun setelah masuknya Islam, berdirilah kerajaan-kerajaan islam
yang menjadikan kebudayaan Islam tersebut mengalami akulturasi dengan
kebudayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaan tersebut terus berkembang seiring
dengan perkembangan zaman.
Daftar Pustaka
Drs. Sukadi. 2002. IPS Sejarah untuk SLTP kelas 1. Jakarta : Ganeca
Exact
Hartini, Dwi. 2007.Masuknya Pengaruh Islam di Indonesia. Pdf. Adobe
Reader.
Samlawi, Fakih. 1989. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Depdikbud.
0 komentar:
Posting Komentar