Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sudah
diketahui bahwa kepemimpinan dalam manajemen pendidikan sangat diperlukan
didalam manajemen pendidikan karena pada dasarnya setiap instansi atau lembaga
pendidikan diperlukan sebuah figur seorang pemimpin, alsan pemiliham judul
didalam artikel ini adalah untuk mengetahui hakikat pemimpin, tipe-tipe dari
pemimpin, dan faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinan didalam
manajemen pendidikan. Menurut Bachtiar Surin yang dikutip oelh maman Ukas bahwa
perkataan khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk
menyampaikan atau memimpin sesuatu. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki
kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan
tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus
memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam
melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut
kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak
Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi
sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al
Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka
Bumi”. Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan
Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau
memimpin sesuatu”.
Dari uraian
tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas
sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan
pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang
semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah
dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat
manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan
pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa
adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam
kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki
kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan
pemakalah jelaskan dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Kepemimpinan
?
2. Bagaimana Kriteria seorang
Pemimpin ?
3.
Mengapa
kepemimpinan itu dikatakan efektif ?
Bab II Pembahasan
A. Pengertian dan
Gaya Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan bagian
penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran
utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer
yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke
arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka
tidak berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan berkaitan
dengan proses yang mempengaruhi orang sehingga mereka mencapai sasaran dalam
keadaan tertentu. Kepemimpinan telah digambarkan sebagai penyelesaian pekerjaan
melalui orang atau kelompok dan kinerja manajer akan tergantung pada kemampuannya
sebagai manajer. Hal ini berarti mampu mempengaruhi terhadap orang atau
kelompok untuk mencapai hasil yang diinginkan dan ditetapkan bersama
Kepemimpinan
atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar
menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan
adanya beberapa kesamaan.
-
Menurut Tead; Terry; Hoyt Pengertian Kepemimpinan yaitu
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan
pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
-
Menurut Young Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi
yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang
lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
-
Moejiono memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya
sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki
kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para
ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang
leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.
Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok.
2. Gaya Kepemimpinan
Ketika berbicara tentang Organisasi, maka tentunya kita berbicara tentang
personal yang mendukung dan mewarnai bergeraknya roda organisasi (pimpinan dan bawahan) serta nilai
akhir yang akan dicapai (tujuan). Sobat semua, kita sudah berbicara soal Kepemimpinan dan Tipenya. Namun, ada hal terpenting yang
juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin yakni Gaya Kepemimpinan.
Menurut Heidjrachman dan S. Husnan
(2002: 224), “Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan
tertentu”. Sedangkan menurut Fandi Tjiptono (2001:161), “Gaya kepemimpinan
adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan
bawahannya”.
Sementara itu, pendapat lain
menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan
tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey,
1994:29). Menurut Heidjrachman dan Husnan (2002:173) “seorang pemimpin harus
memiliki sifat perceptive artinya mampu mengamati dan menemukan kenyataan dari
suatu lingkungan”. Untuk itu ia harus mampu melihat, mengamati, dan memahami
keadaan atau situasi tempat kerjanya, dalam artian bagaimana para bawahannya,
bagaimana keadaan organisasinya, bagaimana situasi penugasannya,
dan juga tentang kemampuan dirinya sendiri. la harus mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Untuk memilih gaya kepemimpinan yang akan digunakan,
perlu dipertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Macam-Macam Gaya Kepemimpinan yaitu :
1.
Gaya Kepemimpinan Otoriter /
Authoritarian Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan
yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan
tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para
bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2.
Gaya Kepemimpinan adalah gaya
pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam
gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya.
3.
Gaya Kepemimpinan Bebas /
Laissez Faire Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana
para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah
yang dihadapi.
Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :
1. Gaya Kepemimpinan
Karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik
orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat.
Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat
menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di
analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik
orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang
datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata
tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan
memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
2. Gaya Kepemipinan
Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan
perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi
keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya
pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan
jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya
diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan.
Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan
yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan
seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
3. Gaya Kepemimpinan
Otoriter
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian
prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin
ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada
alasan, yang ada adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan
sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan
kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah
peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.
4. Gaya Kepemimpinan
Moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka
hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan
ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya
terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang
seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan,
kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.
Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya
kepemimpinan demokratis.
Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
B. TEORI KEPEMPIMPINAN
Kegiatan
manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai
usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam
melatih dan mempersiapkan
pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang
untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai
teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian
suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan
menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan,
persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta
etika profesi kepemimpinan.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain:
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain:
1.
Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin.
Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta
didorong oleh kemauan sendiri.
2.
Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki
bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman
serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Teori-teori dalam Kepemimpinan yaitu
a) Teori Sifat
Teori ini
bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas
dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin
yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan
pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai
atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri
ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian adalah: pengetahuan
umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme,
fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan; sifat inkuisitif, rasa
tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan,
keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik,
kapasitas integratif; – kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik,
menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting,
keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.
Walaupun
teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat
deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan
efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun
apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya
mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat
diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
b) Teori Perilaku
b) Teori Perilaku
-
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan
perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok
ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
-
Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin
yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin
menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi
kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan,
perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya
terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan
perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan
gaya kepemimpinan.
b) Teori Situasional
Keberhasilan
seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan
dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu
dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
1.
Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
2.
Norma yang dianut kelompok;
3.
Rentang kendali;
4.
Ancaman dari luar organisasi;
5.
Tingkat stress;
6.
Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud
adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena
tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model
kepemimpinan berikut:
a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan
perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus
diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya
otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol
ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan
pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri
kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai
perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model ” Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut
model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang
terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut
mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin
yang efektif, apabila: * Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;
1.
Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat
struktur yang tinggi;
2.
Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model ini
menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan
gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat
kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini
adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan
atasan-bawahan.
d. Model ” Jalan- Tujuan ”
Seorang
pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan
jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal
tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian
pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin
berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi
bawahannya.
e. Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian
utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat penting untuk paradigma
tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh bawahan
dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam pengambilan
keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut “didiktekan” oleh
situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses
pengambilan keputusan.
C. Kepemimpinan Yang
Efektif
Mengatur
orang (dalam istilah karenanya ”memimpin orang”) adalah suatu hal yang
’gampang-gampang susah’, karena orang yang diatur (bawahan) dan orang yang
mengatur (pemimpin / manajer) sering mempunyai pendapat, dan pengalaman,
kematangan jiwa, kemauan dan kemampuan menghadapi situasi yang berbeda. Kemauan
dan kemampuan bawahan berfareasi yaitu :
-
Ada bawahan yang tidak mau dan tidak mampu.
-
Ada bawahan yang mau, tetapi tidak mampu.
-
Ada bawahan yang tidak mau, tetapi mampu, dan
-
Ada bawahan yang mau
dan mampu.
Bagaimana
seorang manajer mengatur bawahan yang mempunyai kemauan dan kemampuan yang
berbeda-beda tersebut? Untuk menjawab pertanyaan diatas, kita dapat berpaling
pada teori kepemimpinan menurut situasi yang dikemukakan oleh Paul Hersey dan
Ken Blanchard. Menurut kedua pakar tersebut, tidak satu cara yang terbaik untuk
mempengeruhi perilaku orang-orang. Gaya kepemimpinan yang efektif adalah
kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kedewasaan bawahan yang akan
dipengaruhi pemimpin.
Ada
pemimpin yang cenderung berperilaku tugas atau mengarahkan (Task / Directive
behavior), yaitu selalu memberi petunjuk kepada bawahan. Pemimpin jenis ini
selalu menerapkan komunikasi satu arah dengan menjelaskan hal-hal yang perlu
dilakukan anggota staf serta bilamana, diman, dan bagaiman cara pelaksanaannya.
Dan ada pula pemimpin yang cenderung berperilaku sportif / hubungan (Suportive
/ Relationship behavior), yaitu pemimpin tersebut menerapkan komunikasi dua
arah dengan memberikan dukungan sosio-emosional (Socioemotional suport),
sambaran-sambaran psikologis / semangat (psychological strokes), dan pemudahan
perilaku (Facilitating behaviors).
Dapat
disimpulkan bahwa keberhasilan seorang pemimpin adalah apabila ia dapat
mengidentifikasikan tingkat kedewasan individu atau kelompok bawahan yang
hendak ia pengaruhinya, dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai. Dengan
kata lain, efektifitas seseorang menajer dalam memimpin bawahannya banyak
tergantung dari situasi dan kematangan bawahannya, tidak ada gaya kepemimpinan
yang paling baik dan tidaklah tepat menerapkan gaya kepemimpinan yang sama
p-ada setiap saat / situasi yang di hadapinya. Konsep kepemimpinan situasional
ini telah dapat membekali manager dengan pedoman untuk menentukan hal-hal yang
perlu mereka lakukan terhadap bawahan dalam berbagai situasi.
D. Kriteria Seorang Pemimpin
Siapa
orang yang bisa diangkat atau dipilih untuk menjadi pemimpin. Untuk menjawab
pertanyaan ini perlulah kita menentukan kriteria yang akan dipakai untuk
memilih pimpinan tersebut. Seorang pemimpin itu haruslah paling sedikit mampu
untuk memimpin para bawahan untuk mencapai tujuan organisasi dan juga mampu
untuk menangani hubungan antar karyawan. Mempunyai interaksi antar personnel
yang baik dan mempunyai kemampuan untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan
Sebagai sifat yang berguna bagi pemimpin yang dapat dipertimbangkan adalah :
1. Keinginan Untuk Menerima Tanggung
Jawab
Apabila
seseorang pemimpin menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan, berarti ia
bersedia untuk bertanggung jawab kepada pimpinannya atas apa-apa yang dilakukan
bawahanya.Disini pemimpin harus mampu mengatasi bawahanya, mengatasi tekanan
kelompok informal, bahkan kalau perlu juga harus serikat buruh .Hampir semua
pemipin merasa bahwa pekerjaan lebih banyak menghabiskan energi daripada
jabatan bukan pimpinan
2. Kemampuan Untuk Bisa”Perceptive”
Perceptive
menunjukan Kemampuan untuk mengamati atau menemukan kenyataan dari suatu
lingkungan. Setiap pimpinan haruslah mengenai tujuan organisasi sehingga mereka
bisa bekerja untuk membantu mencapai tujuan tersebut. Disini ia memerlukan kemampuan
untuk untuk memahami bawahan, sehingga ia dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan mereka serta juga berbagai ambisi yang ada. Di samping itu pemimpin
harus juga mempunyai persepsi intropektif ( menilai diri sendiri ) sehingga ia
bias mengetahui kekuatan, kelemahan dan tujuan yang layak baginya. Inilah yang
disebut kemampuan “Perceptive”
3. Kemampuan untuk bersikap Objektif
Objektivitas
adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau merupakan perluasan dari
kemampuan perceptive.Apabila perceptivitas menimbulkan kepekaan terhdap fakta,
kejadian dan kenyatan-kenyatan yang lain. Objektivitas membantu pemimpin untuk
meminimumkan faktor-faktor emosional dan pribadi yang mungkin mengaburkan
realitas.
4. Kemampuan Untuk Menentukan
Perioritas
Seorang
pemimpin yang pandai adalah seseorang yang mempuanyai kemampuan untuk memiliki
dan menentukan mana yang penting dan mana yang tidak. Kemampuan ini sangat
diperlukan karena pada kenyataanya sering masalah-masalah yang harus dipecahkan
bukan datang satu per satu tetapi seringkali masalah datang bersamaan dan
berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
5. Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemamapuan
untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan bagi seorang
pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang bekerja dengan menggunakan bantuan
orang lain, karena itu pemberian perintah, penyampaian informasi kepada orang
lain mutlak perlu dikuasai. Sementara itu menurut study yang dilakukan Kurt
Lewin dan temn-temn di Jowa State University Mengemukakan kriteria-kriteria
seorang pemimpin.
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
Bertitik dari pemahaman mengenai konsepsi kepemimpinan sebagai suatu
proses bukan yang berkaitan dengan posisi, maka untuk dapat mengaktualisasi
kedalam pola pikir sebagai pemicu bersikap dan berperilaku untuk terus menumbuh
kembangkan apa yang disebut dengan „efektivitas pribadi“ artinya suatu kerangka
untuk membangun konsep diri yang berkelanjutan melalui suatu proses
pemberdayaan pribadi dalam usaha untuk menempatkan pada posisi daur hidup yang
prima untuk mencapai keunggulan, keseimbangan dan pembaharuan.
Oleh karena itu dibutuhkan pemikiran yang terfokuskan untuk
mendalami apa yang disebut pemimpin, pengikut dan situasi sebagai faktor
penentu untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif.
Jadi dengan mendalami faktor pemimpin, pengikut dan situasi berarti
pula sebagai langkah untuk meningkatkan efektivitas pribadi dari impian menjadi
satu kenyataan sebagai aktualisasi diri kedalam Kredibilitas (bagaimana
pemimpin mendapatkan kepercayaan dan keyakinan dari stakeholders), Kebiasaan
(mendewasakan intelektual, emosional, sosial dan rohaniah untuk mencoba mencari
arti dalam hidup ini dan mengkomunikasikannya hasil guna yang dicapai kepada
orang lain secara prakmatis) dan Proaktivitas (kemampuan menganalisa dan
diagnosis terhadap persoalan potensial untuk menghindari masalah dan
mengidentifikasi peluang)
Dengan demikian untuk memahami konsepsi kepemimpinan sebagai proses
membutuhkan pemahaman peminpin, pengikut dan situasi dalam rangka meningkatkan
efektivitas pribadi melalui usaha membangun kredibilitas, kebiasaan dan
proaktivitas dalam usaha mewujudkan kepemimpinan yang efektif sebagai suatu
pemahaman kedalam konsepsi proses bukan posisi.
B. Saran
Marilah kita menjadi pribadi-pribadi
yang perbedaannya adalah kemampuan untuk mengubah yang biasa, menjadi yang luar
biasa. Perhatikanlah, sebuah organisasi, tidak mungkin bisa bergerak mendekati
bentuk kreatifitas apapun, bila sang pemimpin menjadikan dirinya sendiri
sebagai contoh utama dalam penolakan cara-cara yang lebih baik.
Dari
mana memulainya?
Seperti
dalam hal apapun,
Mulailah
dari diri kita sendiri.
Anda
adalah seorang khalifah
DAFTAR PUSTAKA
Suharno.
2008. Manajemen Pendidikan. Solo : LPP UNS
Http
://wikipedia.com/kepemimpinan
0 komentar:
Posting Komentar